Atap sirap bersumber dari kayu ulin yg dikenal juga dengan nama kayu logam alias kayu bulian. Kayu ulin bersumber dari kawasan Kalimantan serta mempunyai ketahanan yg sangat baik kepada perubahan suhu, kelembaban, serta pengaruh air laut, jadi tidak sedikit dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, semacam konstruksi rumah, jembatan, tiang listrik, bantalan kereta api, serta perkapalan.
Bentuk atap sirap biasanya berupa lembaran tipis memanjang yg dihasilkan dari belahan kayu ulin. Atap sirap dari kayu ulin ini berwarna coklat kehitaman. Ukuran 1 lembar atap sirap biasanya (p x l x t) = 58 x 6 x 0,3 serta 58 x 6 x 0,5 (masing-masing dalam satuan cm). Lembaran tipis tersebut dikemas dalam ikatan.
Saat ini pemerintah memperketat perdagangan serta pemanfaatan kayu ulin, jadi sirkulasi atap sirap dari kayu ulin sangat berfluktuatif, bahkan terkadang susah menemukan atap sirap di pasaran. Oleh sebab itu saat ini mulai diproduksi atap sirap dari bahan kayu merbau sebagai pilihan pengganti atap sirap dari kayu ulin. Merbau adalah salah satu tipe kayu keras serta biasanya dimanfaatkan dalam konstruksi bangunan, jembatan, parket (flooring), pintu serta jendela, serta lain-lain. Berbeda dengan atap sirap ulin, atap sirap merbau ini berwarna coklat kekuningan.
Kelebihan dari atap sirap :
a. bahannya lumayan ringan
b. bersifat isolisasi kepada panas
Kekurangan memakai atap sirap :
a. pemasangannya lumayan susah jadi anggaran yg akan dipakai akan bertambah
b. jikalau lembaran sirap belum lumayan kering telah di pasang akan membilut serta berubah bentuk menjadi cekung.
Baca Juga : macam-macam genteng :
Baca Juga : macam-macam genteng :